Tujuh Alasan Mengapa Santriwati adalah Pilihan Ideal Dijadikan Istri

FOTO: Niam/sabak

Penulis: Jintung Idjam

Dari bayi lalu beranjak bocah. Dari bocah beranjak puber. Dari puber beranjak dewasa. Dan puncak dari kedewasaan adalah menikah. Lalu menjadi lantaran kemunculan bayi-bayi lain, penerus semesta. Itulah kita, para pria.

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Dan sebaik-baik jomlo, agar bermanfaat, adalah yang mengakhirinya, agar jodohnya tidak menunggu terlalu lama.

Bicara mah gampang. Caranya mengakhiri kejomloan itu bagaimana? Sementara, semua masih bingung mau mencari yang bagaimana, maka umur terus bergerak tanpa ampun. Brengsek bener. Haha…

Jika Anda bingung mencari yang bagaimana, maka santriwati adalah jawaban yang sempurna.

Dan inilah tujuh alasan kenapa santriwati bisa membuat hidup berumah tangga seperti layaknya hidup di surga. Hanya seperti saja. Hehe….

1. Murah senyum sekalipun keadaan sedang pahit menjerit.

Kenapa para customer service selalu dituntut untuk supel dan murah senyum? Karena para pelanggan, semua manusia, lebih suka diberi senyum daripada dimaki atau diprenguti.

Sampai-sampai ada pelatihan dan sekolah menjadi customer service. Sekolah kepribadian. Hanya untuk memberikan senyuman manis dan sopan yang dipaksakan. Senyum palsu. Dibuat-buat.

Perintah kanjeng Nabi, jadilah manusia yang selalu ajer raine. Mukanya berseri-seri dan menyenangkan. Santriwati selalu terdidik untuk itu. Karena di pondok sudah terbiasa saling menyayangi sesama teman. Dengan ikhlas karena Allah. Setulus hati.

Bahkan, salah satu cara agar ilmu di pondok bisa cepat dikuasai, adalah berpandangan penuh kasih kepada sesama. Termasuk teman.

Santri yang ‘jadi’ tentu santri yang pandai menyayangi. Itulah kenapa santriwati sangat layak dijadikan istri. Kalau modalnya rasa sayang, jelas senyuman akan tersungging setiap hari. Senyuman yang hangat penuh kasih. Kebahagian sudah pasti.

Baca juga:  Karomah Kiai yang Berujung Perbaikan Gizi bagi Santri

2. Pemalu dan punya tata krama.

Jika sampean pernah sowan ke kiai yang hanya punya santri putri, maka lihatlah santri ndalem yang menyediakan minuman untuk tamunya.

….liutammima makarimal akhlak. Nabi datang itu untuk menyempurnakan akhlak. Kenapa akhlak? Melihat seorang yang punya akhlak pun senang, apalagi itu istri kamu.

Mereka akan malu pada Tuhan jika menuntut ini itu padamu, karena mereka punya adab dan tata krama. Mereka diam dan jadi penurut karena ingin menyenangkanmu. Tak akan menuntut lebih dari kemampuanmu.

Allahlah yang ia utamakan. Pun berbakti kepada suami adalah perintah Allah.

Istri santriwati tentu akan malu dengan Allah bila tak bisa berbuat dan beramal sesuai perintah Allah. Jadi ia tak akan neko-neko. Karena pemalunya itu tadi.

3. Selalu tirakat

Sudahlah, sekalipun ilmu dari seorang ibu itu setinggi langit, tanpa adab dan tata krama kepada Tuhan, tidak akan banyak membantu anaknya menjadi manusia yang berguna.

Bahkan, pesan Mbah Maimun Zubair, jika istrimu tidak terlalu tahu agama, maka kamu harus lebih banyak tirakatnya. Kalau istrimu sudah biasa tirakat, maka tirakatnya dua, yakni denganmu.

Sudahlah, sepakat ndak sepakat, wanita adalah koentji mendidik anak. Sedang laki-laki hanyalah kunci mencari maisah.

Saat kamu sedang lelah karena bekerja, dan kamu tahu istrimu selalu mendoakanmu, maka lelahmu akan hilang seketika. Tirakat membuat kelurga menjadi kuat. Hebat.

4. Paham Kode

Jadi begini, urusan malam pertama dan malam-malam selanjutnya adalah {¥`¥¤¥¤¤¥`÷£¤£♡£¤£¡¥¥`¥♡_♡£》¥》…

Baca juga:  Kisah Habib Ali Al-Jufri Menyesal karena Poligami, dan Bagaimana Menyikapinya dengan Luwes

Bagian ini baiknya ndak usah dibahas. Kipet laptop saja ndak support untuk menulis hal-hal demikian. Nggak kuat. Haha….

Intinya, santriwati itu selalu dibekali ngaji berbagai kitab tentang bagaimana menjadi istri yang baik. Istilahnya, saat suami mengerdipkan mata, si dia sudah paham suami bermaksud apa. Dan ia akan tersenyum dengan manja menghampiri suaminya. Josss…

5. Ibu yang baik bagi anak-anak

Begitu bayi menangis, dia selalu memeluk dengan kesungguhan hati. Ia sadar betul, anak adalah titipan Allah. Bukan cuma titipan suami dan mertua. Bukan malah menganggab seorang anak adalah lahan untuk mengeksploitasi keinginannya. Dipaksa menjadi ini dan itu seperti keinginan dunianya. Nehi!

Bahkan, selain mengurus keperluan diri sendiri, mereka yang sudah senior masih menjadi ibu kamar, mendampingi adik-adiknya. Padahal mereka masih punya tugas menghafalkan dan mengaji, juga sekolah, misalnya.

Tapi istri santriwati akan menjadi pangajar pertama bagi anak. Jika yang lain lagunya Twinkle- twinkle Little Star, atau Tak Lelo-lelo Legung, maka sholawat yang akan keluar menjadi ‘kudangan’ untuk anaknya.

Untuk itu, atas dedikasi dan perjuangannya, ibu punya harkat yg lebih tinggi dari seorang bapak. Malati bagi anak. Doa ibu selalu lebih utama dari doa seorang ayah. Dan surga berada di telapak kaki ibu, bukan bapak.

Bahkan, Gus Mus tidak pernah salat istikharah selama ibunya masih hidup. Setiap beliau ragu saat akan mengambil keputusan, beliau selalu mengandalkan ibu untuk pengambilan keputusan.

Jika kamu, kamu, dan kamu ingin mempunyai anak yang saleh, istri seorang santri adalah jawaban sempurna. Kamu tak akan menyesal.

Baca juga:  Dilema Lagu Ayo Mondok: Jika Terus-terusan Digalakkan Ayo Mondok, Lalu Kapan Boyongnya?

6. Pandai menjaga kewibawaan keluarga.

Jangan harap seorang santri main ke tetangga lalu ngrumpi apa saja. Ngrumpi, menggosip atau ngrasani tentu saja akan menyakiti hati orang yang dirasani. Tiada orang yang digosibkan, kecuali dia akan sakit hati. 

Barang siapa sakit hati, maka ia menderita. Barang siapa berbangga dengan penderitaan orang lain, maka jiwanya sakit.

Seorang santriwati jelas sudah terdidik untuk menyayangi, bukan menyakiti.

Ia akan lebih sibuk mendaras hafalan atau menyiapkan keperluan suaminya, daripada sekedar menggosib dengan tetangga yang tak ada gunanya.

Bila santriwati adalah istrimu, maka kekurangan tentang keluargamu dipastikan aman. Kebajikan yang ia selalu tebarkan. Wibawa keluarga adalah harga mati untuk istri yang santriwati.

7. Iklas

Apa yang ia lakukan adalah untuk Allah. Demi Allah. Yang ia harapkan adalah ridha Allah.

Menyusui, mencuci, memasak, bahkan kalau bekerja, seorang santriwati yang sudah menjadi ibu akan meniatkan segalanya hanya bagi Allah.

Mengaharapkan balasan dari suami, manusia, adalah sia-sia. Hanya kepada Allah mereka berharap.

Sekalipun apapun dilakukan untuk Allah, tapi toh melayani suami dengan ikhlas masuk dalam ibadahnya.

Nah, itulah tujuh alasan kenapa santri adalah pilihan ideal dijadikan sebagai istri. Jangan ragu.

Cepat-cepatlah ajak nikah bila kamu sudah menemukan seorang santriwati yang mau denganmu. Santriwati memang bukan manusia sempurna, mereka tetep seorang perempuan, tapi mereka beda. Mereka limited edition. Dicetak sangat terbatas.



Baca tulisan menarik lainnya tentang JODOH dan esai menarik yang ditulis oleh Jintung Idjam.

Komentar Facebook
0