Kisah Rasulullah Melamar Umi Salamah yang Janda, Punya Anak Empat Sekaligus Pencemburu

Ilustrasi: sabak/Sukron

Nama aslinya adalah Hindun binti Hudzaifah Abu Umayyah bin Mughirah al-Makhzumi, beliau berasal dari Bani Makhzum, trah yang terkenal atas kecantikan parasnya. Bahkan, sekalipun saat hendak dinikahi Nabi saw. pada umur yang sudah cukup tua (35 th.), kecantikan beliau masih tetap terpancar.

Atas paras yang cantik inilah, Aisyah ra. pun merasa khawatir bilamana nanti kehadiran Umi Salamah di keluarga besar kanjeng Nabi Muhammad bisa menggantikan atau menggeser kedudukannya selama ini.

Suatu hari Aisyah curhat kepada Hafshah.

“Sungguh Umi Salamah adalah wanita yang cantik, Hafshah…”

“Kamu itu hanya sedang cemburu, Aisyah. Sekalipun ia cantik, namun ia sudah berumur, lihatlah sekali lagi.”

Baca Juga

Sebelum menjadi Isteri Nabi, Umi Salamah adalah isteri dari Abdullah bin Abdul Asad al-Makhzumi yang juga merupakan sepupunya. Umi Salamah dan suaminya termasuk golongan pertama yang beriman pada Nabi Muhammad (Assabiqunal awwalun).

Mereka berdua juga termasuk golongan sahabat yang ikut bersama Nabi hijrah ke Habasyah. Di Habasyah mereka mendapatkan putra yang diberi nama Salamah. Atas peristiwa tersebut, mereka berdua lebih dikenal dengan Umi Salamah dan Abi Salamah.

Perlu diketahui pula, Abdullah Abi Salamah juga merupakan saudara sepersusuan Nabi saw. dari ibu susu budak perempuan Abu Lahab yang bernama Tsuwaibah. Dalam sebuah riwayat Nabi pernah ditanya:

“Wahai Rasul, kenapa engkau tidak menikahi Durroh?” (Durroh: Adik dari Salamah)

“Mana mungkin? Selain ia adalah anak tiriku, ia juga anak dari saudara sepersusuanku, Abi Salamah!” Jawab Nabi.

Saat mendengar hal tersebut, Makkah telah berangsur aman, Umi dan Abi Salamah kembali ke Makkah. Namun tanpa disangka yang terjadi adalah sebaliknya. Untung Abu Tholib kala itu, menjamin keamanan bagi mereka. Namun pasca Abu Tholib meninggal keadaan kembali memburuk, sehingga perintah Hijrah ke Madinah pun datang.

Baca juga:  Inilah Lima Cara Menjadi Wali Menurut Ibnu Athaillah As-Sakandari

Baca Juga

Umi Salamah merupakan pribadi yang sangat mencintai suaminya. Karena di manapun berada Umi Salamah selalu menceritakan tentang kebaikan suaminya. Pernah suatu kali Umi Salamah bercakap dengan suaminya:

“Bila istri yang ditinggal syahid sang suami tidak menikah lagi. Maka kelak, Allah akan mengumpulkannya kembali di Surga. Itulah yang akan aku lakukan, apakah kamu akan melakukan hal yang sama?”

Tanpa disangka, Abu Salamah menjawab, “Jangan, seperti itu… Menikahlah! sepeninggalku nanti… Aku mendoakanmu agar mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dariku, yang tak akan pernah membuatmu sedih, apalagi menyakitimu.”

Peristiwa Hijrah ke Madinah menjadi saat yang teramat berat. Di samping tak bisa mengikuti perintah Nabi saw. Beliau juga harus berpisah dengan suami yang begitu ia cintai. Hal ini dikarenakan pihak keluarga Umi Salamah melarang dirinya. Berhari-hari ia selalu meneteskan air mata.

Akhirnya, tekad untuk turut hijrah sudah tak bisa dibendung, dengan bekal seadanya dan bahaya yang selalu mengancam sepanjang 455 km. Makkah-Madinah, tak dihiraukan sama sekali. Ia menyusul rombongan Nabi, sendirian! Di tengah perjalanan, Allah mempertemukannya dengan Usman bin Tholhah kemudian mengantarnya hingga Madinah.

Singkat cerita, Abi Salamah menjadi Syahid pada perang Uhud.

Doa sang suami selalu menghantui pikirannya. Setelah masa iddah datang orang yang melamarnya. Pertama; ialah Abu Bakar. Kedua; Umar bin Khotob. Beliau menolak lamaran mereka berdua. Namun kedatangan orang yang ketiga; Nabi Muhammad. Hal ini membuatnya bingung. Karena sama sekali tak terlintas dipikirannya bahwa Rasulullah yang akan melamarnya.

Baca juga:  Jadi Ulama itu Berat, Kamu Tidak Akan Kuat, Jadi Ubaru Saja

Baca Juga 

“Aku merasa tak pantas untuk bersanding denganmu wahai Rasul, Aku hanyalah janda tua pencemburu sedangkan engkau punya istri banyak. Apalagi saya bersama 4 anak (yatim; Umar, Salamah, Durroh dan Zaenab)

“Kalau Tua, aku pun juga sama. Untuk sifat cemburu itu aku berdoa semoga Allah menghilangkannya. Sedangkan anakmu, akan aku anggap anakku sendiri”.

Pernikahan Rasul dengan Umi Salamah pun berlangsung sederhana. Malam harinya, Rasul yang pemalu merasa sungkan, karena di setiap malam Umi Salamah selalu menyusui si bungsu Zaenab. Tiap kali Rasul datang, beliau selalu bertanya, “Adakah Zaenab?”.

Beberapa kali gagal. Hingga salah satu sahabat ada yang paham dengan pertanyaan “Adakah Zaenab?” dan ia pun berinisiatif momong Zaenab untuk sementara.

Selain cantik Umi Salamah juga dikenal sebagai perempuan yang cerdas. Suatu ketika Rasul bersama para sahabat yang hendak masuk Makkah untuk ibadah Haji dicegat Musyrik Quraisy, beliau dipaksa untuk menandatangani kesepakatan Hudaibiyah yang isinya pun banyak merugikan kaum Muslimin. Salah satunya adalah Nabi dilarang memasuki Makkah saat itu juga.

Nabi Muhammad dengan perasaan kecewa karena dilarang memasuki tanah kelahirannya, Makkah. Memutuskan kepada para sahabat untuk hanya menyembelih hewan kurban dan memotong rambut (tahallul). Sahabat pun merasakan apa yang dirasa Rasulullah. Kalut, kecewa membuat mereka merasa enggan untuk melaksanakan perintah Allah kali ini.

Kecewa tak bisa memasuki Makkah dan keengganan para sahabat melaksanakan perintah, membuat Nabi agak geram hingga tak bisa menutupi perasaannya. Beliau masuk ke dalam tenda yang di sana terdapat Umi Salamah.

“Mereka sudah payah! (Halaka).” Kata Nabi Muhammad.

Baca juga:  Karomah Kiai yang Berujung Perbaikan Gizi bagi Santri

Baca Juga

Dengan lemah lembut Umi Salamah memberikan saran kepada Nabi Muhammad:

“Jangan seperti itu wahai Nabi. Mereka tengah mengalami kesedihan hebat. Harapan sepanjang perjalanan untuk melihat tanah air telah hancur akibat perjanjian ini. Engkau tak perlu memerintah. Cukuplah keluar sembelihlah kurban dan potonglah rambut. Mereka pasti akan senantiasa mengikutimu.”

Inisiatif ini pun diambil oleh Nabi Muhammad dan sesuai dengan perkiraan Umi Salamah, para sahabat tanpa diperintah mengikuti apa yang diperbuat kanjeng Nabi Muhammad.

Penulis: Mujib Romadlon. Guru Mata Pelajaran Ilmu Hadis di MA Al Ma’had An Nur

Disarikan dari Ngaji Hadis bersama Gus Rum di Masjid Manunggal Bantul 11/11/18
Baca Esai menarik Lainnya yang ditulis oleh Mujib Romadlon.

Komentar Facebook
0