Felix Ngaji Gus Baha

Ustaz Felix Siauw Hadir Di Pengajian Gus Baha, Kami tak Suka Khilafah tapi Kami Tetap Ramah

Sore itu di Bedukan Wonokromo Bantul pada rutinan ngaji Gus Baha betul-betul menjadi sore yang berbeda dari pengajian-pengajian Gus Baha seperti biasanya.

Saya datang agak telat tapi pengajian belum dimulai, teman saya yang sudah datang terlebih dahulu, tiba-tiba nyeletuk “Kae lho ono Ustaz Felix”

“Weh, tenane? Endi endi?” Saya mulai penasaran dan melihat sekeliling jamaah.

Kita tahu sendiri, Ustaz Felix yang selama ini sering diperbincangkan soal ide-ide khilafahnya kok tiba-tiba mak bedunduk datang di pengajian Gus Baha? Ada apa gerangan?

Soal alasan-alasan itu saya tidak tahu, sebab saya sendiri tidak sempat bertanya. Pasalnya, setelah pengajian selesai Ustaz Felix didatangi para jamaah untuk bersalaman dan, iya tentunya foto bersama.

Bahkan, saking banyaknya ia sampai tidak ikut salat berjamaah dan masih makan makanan yang disediakan di sana. Itu bukan menjadi soal.

Saya kurang tahu, apakah Gus Baha tahu atau tidak hadirnya Ustaz Felix di pengajiannya, yang jelas jarang sekali Gus Baha menyinggung soal Islam yang agak nganan-nganan dikit seperti isu khilafah dan atribut-atributnya.

Dan betul, Gus Baha nyeletuk soal itu dijadikan sebagai bahan kelakar. Tapi sepertinya Gus Baha tahu lah hadirnya Ustaz Felix.

Ngaji sore kali ini 25 Agustus 2019 membaca kitab Nashaihul Ibad, pembahasan tentang hadis 5 perkara sebelum 5 perkara. Hadis yang sudah masyhur lah. Sampai dibikin lagu “Ingat lima perkara sebelum lima perkara”

Kalau tidak salah ingat riwayatnya Sayyidina Umar, ada di kitab Arbain Nawawi. Jadi jelas lah kalau itu hadis sahih.

Namun, pembahasan tidak begitu dominan tentang hadis tersebut, Gus Baha menggaris bawahi bahwa terdapat hal-hal yang tidak kita sukai justru menjadi nilai pahala, dan besar pahalanya.

Misalnya perang. Kalian suka perang atau tidak?

Tidak, jawab jamaah lirih-lirih.

“Bagus itu. Pertahankan.Perang itu taruhannya nyawa dan itu berat. Tapi kita harus berangkat perang jika agama menghendakinya.”

Gus Baha menceritakan kembali peristiwa perang Badr yang, tidak sebanding antara kaum muslimin dan orang kafir Quraisy. Satu banding sepuluh orang.

Sebelum perang, para sahabat sudah ingin mundur sebab musuhnya berjumlah 1000 orang. Ini perang yang tidak masuk akal untuk menang.

“Saya akan tetap perang meskipun hanya seorang diri.” Kata Nabi.

Mendengar kalimat tersebut para sahabat sudah bulat tekadnya untuk maju.

“Surga itu diperoleh dengan hal-hal yang tidak kita sukai” Kata Gus Baha mengutip hadis.

Selain contoh di atas, Gus Baha menambahkan cerita tentang peristiwa ketidakcocokan antara Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Usman dalam persoalan gaji bagi para pejabat negara.

Di era Abu Bakar, Sayyidina Ali dan Abu Sufyan menduduki jabatan yang sama dan perkerjaan yang sama, karenanya Abu Bakar memberikan gaji kepada keduanya juga sama.

Melihat hal tersebut, Sayyidina Umar tidak terima dan melakukan protes kenapa orang yang menghabiskan hidupnya untuk membela Nabi Muhammad diberikan gaji yang sama dengan orang yang pernah menjadi musuh Nabi.

Jawab Abu Bakar sederhana, “Soal keutamaan itu biarlah Allah yang memberikan imbalan di akhirat kelak, sekarang kita di dunia jadi harus dilihat dari sisi dunia.”

Umar diam saja, dan menghormati keputusan Abu Bakar.

Setelah Abu Bakar wafat dan digantikan Umar, apa yang terjadi?

Umar menaikkan gajinya Sayyidina Ali, melihat hal tersebut para pengikut Abu Sufyan protes kenapa demikian?

“Saya tidak rela menyamakan orang yang seumur hidupnya dihabiskan untuk membela Nabi Muhammad dengan orang yang pernah memusuhi Nabi.”

Ya kita tahu kan, Islamnya Abu Sufyan pasca Fathul Makkah.

Sejatinya seperti demikianlah kita menaati pemimpin, boleh tidak setuju boleh tidak suka, tapi jangan membangkang.

Gus Baha melanjutkan, kita boleh saja tidak suka Indonesia karena ada oknum korup, banyak kemaksiatan, dan hal-hal negatif lainnya, tapi hal itu jangan menjadi alasan bagi kita untuk mengingkari kepemimpinan di Indonesia.

Jangan sampai karena kita tidak suka, kemudian kita menganggap bahwa itu salah, bahkan Allah sudah mengatakan sendiri bahwa barangkali sesuatu yang tidak kamu suka, justru itu baik untukmu, dan sebaliknya.

“Siapa yang suka salat dhuha? Kalian suka karena banyak hutang dan ingin kaya atau memang bener-bener ikhlas? Ngaku saja. Kalau tidak suka dan berat melakukannya justru Allah mengapresiasi, tapi kalau sebab ingin dunia. Wah ini…” Kelakar Gus Baha.

Selamat datang di ngajinya Gus Baha, Ustaz Felix. Kami ramah-ramah semua kan? meskipun kami tak suka ide-ide khilafah itu, tapi kami tetep minta swafoto, kan? Hehehe

Baca juga:  Keutamaan dan Sejarah Hajar Aswad
Komentar Facebook
1